Last updated on March 31, 2022
“Ban Tok Moli (Iblis Selaksa Racun) mengeluarkan “kepiawaiannya” sambil melompat secepat kilat menyerang Pendekar Super Sakti (Pendekar Suma Han). Wuut….!!, tubuhnya melayang cepat sambil menebarkan serbuk racun mematikan ke arah muka Suma Han. Tetapi dengan tidak kalah “piawai”nya, Suma Han hanya sedikit menggeser kuda-kudanya ke kiri dan langsung mengibaskan jubah tangan kanannya.Tahu-tahu plok.., plok..!!! dengan secepat kilat pula tangan kiri Pendekar Super Sakti kita sudah langsung mendarat di muka si Ban Tok Moli….”
Cuplikan cerita diatas, kalau saya tidak salah, merupakan bagian dari kisah cerita komik yang sangat terkenal di era tahun 60-an. Komik cerita silat Cina karangan almarhum Khoo Ping Ho yang amat “piawai” menuliskan sejarah Cina kuno dalam bentuk cerita silat. Begitu menarik dan larisnya komik silat ini sehingga kata slang seperti “piawai” menjadi begitu dikenal.
“Jusuf Kalla dengan lihainya mendamaikan konflik di Poso. Wakil Presiden kita ini memang dikenal sebagai politikus yang piawai di meja perundingan”.
Penggunaan kata “piawai” menunjukan betapa hebatnya kemampuan Jusuf Kalla untuk menyelesaikan konflik dan beliau memang ahli dalam hal itu. Juga tidak ada bedanya bila kalimat tersebut diganti menjadi “Jusuf Kalla dengan kepandaiannya mendamaikan konflik di Poso. Wakil Presiden kita ini memang dikenal sebagai politikus yang ahli di meja perundingan”. Kalimat ini mungkin dirasakan kurang pas untuk menunjukan betapa tingginya kemampuan Jusuf Kalla (JK) untuk bernegosiasi. Dengan digunakannya kata “piawai” pembaca diharapkan dapat merasakan (dan mengetahui) bahwa JK itu memang “pendekar” dalam menyelesaikan konflik diantara dua pihak yang bertengkar. Dialah ahlinya. Bila ada konflik, panggil JK untuk menyelesaikannya. Jangan panggil pendekar Suma Han atau Si Buta.
Kata “piawai” sendiri terjemahannya skilled, expert, sophisticated. Sedangkan ke“piawai”an diterjemahkan sebagai expertise. Jelas disini menunjukkan bahwa seseorang yang “piawai” adalah orang yang memiliki kemampuan khusus dan pantas disebut sophisticated.
Kata “piawai” mulai lebih dikenal luas rasanya karena gaya penulisan jurnalis di Majalah Tempo. Majalah berita mingguan ini dikenal punya gaya tulisan yang enak dibaca. Sebab pada waktu era kemunculannya, hampir semua media cetak tulisannya hanya cocok untuk dijadikan obat tidur. Alias membosankan dan bikin ngantuk. Gaya jurnalistik Tempo sedikit “bandel” dan tidak mau terikat dengan gaya penulisan berita sehari-hari. Mahasiswa di jaman saya dulu, lebih suka mencari berita di Tempo dari pada membaca koran. Buktinya Tempo langsung terkenal sampai membuat Majalah Time kebakaran jenggot…
Dari dua contoh tulisan berita JK tadi bisa kita rasakan sendiri mana yang lebih enak dibaca. Langsung bisa kita rasakan bagaimana kehebatan JK sampai dia bisa disebut “piawai”.
Kalau Anda dijuluki “piawai” dalam urusan asmara, artinya Anda lebih sophisticated dari PlayBoy atau pun petualang cinta. Anda lebih pantas dikatakan sebagai seorang Casanova. Playboy itu banyak menebar pesona. Sedangkan Casanova menebar asmara. Hmm… lebih memabukkan dan inilah kemampuan super dari seorang “pendekar” cinta.
Larry King “piawai” dalam urusan berita dan wawancara. Ke“piawai”an Muhammad Ali dikenal dengan gaya bertinju Fly Like A Butterfly, Sting Like A Bee. Sedangkan ke“piawai”an John F. Kennedy dalam kecepatan berpidato tidak tertandingi. Kalau sudah punya Maserati Testarossa atau Bentley, artinya Anda “piawai” dalam mengarungi hidup serta memiliki selera yang sophisticated. Indonesia dianggap “piawai” dalam menangani krisis ekonomi global, sehingga pantas untuk diundang dalam pertemuan dengan negara-negara ekonomi kuat G-20.
Tampaknya dalam perkembangan selanjutnya, kata “piawai” digunakan untuk menunjukan bahwa seseorang itu memiliki kemampuan khusus yang bersifat positif dan lebih mengarah ke pujian.
Di kalangan remaja, kata “piawai” sering digunakan untuk pujian yang bersifat humor atau ejekan. Walaupun ada unsur negatif, tetapi juga menunjukan rasa salut dan adanya “pengakuan” tersendiri terhadap kemampuan orang yang dijuluki “piawai” tersebut.
Contohnya; hanya satu-dua orang karyawan yang “piawai” dalam menghadapi Klien yang cerewet. “piawai” dalam membereskan program komputer, padahal orang tersebut tidak pernah belajar komputer secara formal. Seseorang yang “piawai” membereskan masalah rumah tangga, padahal dia bukan konsultan perkawinan. Ibu rumah tangga di Indonesia paling “piawai” dalam mengatur keuangan keluarga walaupun dengan gaji yang “abnormal” dll.
Sedangkan situs yang paling “piawai” menampilkan tulisan khas bahasa Indonesia, ya hanya www.bahasakita.com. Saya tidak “piawai” dalam menulis. Cuma hobby doang…..