Last updated on January 1, 2019
Orang Indonesia pasti akrab dengan istilah ‘aneh bin ajaib’. Istilah ini adalah tiga kata yang selalu berkolokasi. Maksudnya adalah persekutuan tetap antara suatu kata dengan kata lain yang selalu berdampingan dalam kalimat. Jadi, kata “aneh”, “bin” dan “ajaib” selalu bersekutu kemunculannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Inilah yang disebut dengan kata berkolokasi.
Uraian saya di sini tidak membahas lebih jauh apa itu kolokasi tetapi lebih tertarik kepada kata “bin” yang menempel di antara kata “aneh” dan “ajaib”. Kata “bin” itu kalau ditilik dari etimologinya murni berasal dari bahasa Arab ibnu yang berarti ‘keturunan laki-laki dari’. Nah, persoalannya kenapa ia disisipkan di antara kata ‘aneh’ dan ‘ajaib’? Lalu apa hubungannya dengan keturunan (alih-alih anak)?
Sekadar merekonstruksi semantik leksikalnya, kata ajaib itu memiliki tautan erat dengan sebuah keanehan, sehingga keanehan itu ‘lahir’ dari sebuah keajaiban. Sekarang coba kita rekonstruksi kolokasi lain untuk sebuah nama Jaffar bin Assegaf (sekadar contoh untuk nama Arab). Bila kita padankan muatan semantisnya dengan frase aneh bin ajaib, maka terasalah semantik leksikalnya kalau Jaffar itu lahir karena ada Assegaf. Jadi, kata ‘bin’ di situ selain menyatakan sebagai hubungan parental antara Jaffar dan Assegaf, ia juga merepresentasikan hubungan kausal antara aneh dan ajaib.
Tetapi kenapa sekarang dalam bahasa Indonesia (terutama percakapan) kata ‘bin‘ lebih sering muncul dengan kata aneh dan ajaib. Itu disebabkan oleh pilihan sosietal bahasa orang Indonesia yang serasa pas di lidah mereka untuk memadankan kedua kata itu dengan kata “bin“. Padahal kalau mau jujur kata-kata lain juga sah-sah saja berkolokasi dengan ‘bin‘ sebut saja seperti: nestapa bin masygul, kacau bin semerawut dan sebagainya, hanya saja apakah orang Indonesia dalam pilihan kognisi berbahasa mau atau tidak menyekutukan kata bin selain pada aneh bin ajaib? Hal itu kembali kepada ke-liat-an lidah mereka untuk berujar dengan kata bin pada pilihan kata yang lain.
Singkatnya, frase aneh bin ajaib itu adalah ungkapan rasa keheranan atau keterkejutan dari sebuah rasa ketidakpercayaan seseorang atas sesuatu yang terjadi. Berikut saya kutip ada beberapa kalimat yang diramu dengan mengikutkan ketiga kata bersekutu itu.
“Sangat aneh bin ajaib, satuan rahasia penjaga keamanan presiden Amerika yang sangat terkenal super canggih, ketat dan rewel serta dikagumi diseluruh dunia dan juga dijadikan model dari hampir seluruh negara dalam menyusun pasukan keamanan kepala negaranya telah kecolongan secara sangat memalukan” – dijumput dari http://public.kompasiana.com (berita 16 Desember 2008)
“Pertanyannya adalah, siapa para koruptor yang dimaksudkan oleh KPK itu? Di kalangan legislatifkah? ekskutifkah? atau di kalangan yang mana? Artinya, KPK tentulah punya data kuat, sampai-sampai berani mengatakan akan bisa menjerat 70% dari jumlah koruptor yang ada kalau saja tidak dihalangi oleh Parpol! Singkatnya, KPK sudah tahu ada sejumlah koruptor! Tapi tidak bisa menjerat dengan alasan yang aneh bin ajaib ini!” – dijumput dari http://www.blog.tempointeraktif.com/ (berita 20 Januari 2009)