Last updated on January 20, 2019
Pengembangan kosakata akibat persentuhan bahasa terutama dilakukan lewat pemadanan makna. Proses itu dapat berupa penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan.
Jenis penerjemahan pertama dilakukan berdasar kesesuaian makna atau konsep, tetapi bentuknya tidak sepadan. Contohnya supermarket menjadi pasar swalayan, elevated highway menjadi jalan layang, interchange menjadi simpang susun. Penerjemahan jenis kedua dapat pula dilakukan berdasar kesuaian makna dan bentuk. Misalnya skyscraper menjadi pencakar langit, inorganic menjadi takorganik, dan bonded zone menjadi kawasan berikat.
Pemadanan cara kedua berlangsung lewat penyerapan. Seperti yang sudah ditegaskan lebih dulu, proses penyerapan bertolak dari bentuk tulisnya karena tulisan dapat lebih bertahan daripada bunyi dalam lintasan ruang dan waktu. Di dalam tata ejaan yang baik diupayakan agar setiap huruf melambangkan satu bunyi bahasa. Kenyataan menunjukkan bahwa ideal itu sulit tercapai.
Abjad yang dewasa ini paling banyak dipakai oleh bahasa modern di dunia ialah abjad Latin. Karena tatabunyi Latin berbeda dari tatabunyi Melayu dan Indonesia, terjadilah beberapa modifikasi. Misalnya, huruf Latin dapat melambangkan bunyi /s/ dan /k/; huruf dan melambangkan bunyi /f/; huruf dan melambangkan bunyi /k/; huruf melambangkan deret bunyi /ks/; dan deret huruf dan melambangkan bunyi sengau Melayu atau Indonesia.
Dengan memperhatikan catatan di atas, dapat dirinci empat jenis penyerapan. Pertama, penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal: internet, de facto, orbit, divide et impera. Kedua, penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal: bias /baiæs/: bias, nasal /neisæl/: nasal, laser /leisær/: laser, tanpa /tanpo/: tanpa. Ketiga, penyerapan dengan penyesuaian ejaan, tetapi tanpa penyesuaian lafal file: fail, design: desain, photocopy: fotokopi, science: sains. Keempat, penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal: manajemen, mikrofon, konstitusi, marinir.
Penyerapan yang bertolak dari bentuk visualnya ternyata tidak boleh ditafsirkan secara harfiah. Baik karena berlainan bahasa sumber maupun karena berlainan tatabunyi, seperti ulasan Samsudin Berlian, mau tak mau sering ada huruf yang harus diubah dalam proses penyerapan.
Masih ada satu jenis pemadanan yang berupa gabungan penerjemahan dan penyerapan. Contohnya pramutama, bar, swakelola, asam nitrat.
Masyarakat yang beradab bertumpu pada aturan, kaidah, dan ketertiban. Kita boleh setuju atau tidak, tetapi ketentuan itu kita patuhi. Begitu juga dengan kaidah bahasa adab.
KOMPAS, 17 Jun 2011. Anton M Moeliono, Pereksa Bahasa