Last updated on April 18, 2022
“Nan … ! gue nggak Pe De nih bikin blog .. gue kan bukan penulis..” Aku berusaha menolak usulan Nani untuk mulai membuat blog. Aku merasa tidak yakin bisa menulis, karena aku bukanlah seorang Zara Zettira sang Novelis yang terkenal itu, atau seorang Kafi Kurnia yang semua orang sudah mengakui kepiawaiannya menulis. “Pe De aja lagi…!” kata Nani berusaha memberiku semangat.
PD (Pe De) adalah singkatan dari Percaya Diri. Percaya berarti yakin. Percaya Diri atau percaya kepada diri sendiri artinya yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan diri sendiri atas sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya).
Malam Minggu lalu, ada pentas seni yang diadakan oleh salah satu Sekolah Menengah Atas terkenal di Jakarta. Hampir seluruh anak-anak gaul di Jakarta terfokus di acara tersebut. Penampilan mereka pun beraneka ragam terutama murid-murid laki-laki. Ada yang datang dengan model rambut seperti sapu ijuk, jabrik dimana-mana sehingga sebagian mukanya dipenuhi rambut karena poninya panjang. Ada yang bergaya dengan rambut model kribo dan kusut, seperti sudah bertahun-tahun tidak cuci rambut. Dan ada juga yang rambutnya cuma diikat ke belakang karena panjang sekali. Mereka semua tampak PD berjalan kian kemari. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa minder, dan tidak ada yag merasa aneh. Padahal, aturan model rambut laki-laki umumnya pendek saja.
Murid-murid perempuan lain lagi gayanya. Ada yang mengenakan stocking warna merah mencolok. Model bajunya pun tidak jelas. Corak blus dan roknya tabrakan alias tidak senada, atau istilah anak sekarang nggak ‘matching’. Blusnya kotak-kotak sementara roknya boleces-boleces atau polkadot. Model rambut mereka??? Hmmmm… Dari yang tidak simetris hingga gaya yang rambut yang di tata seperti gaya ibu-ibu. Dan mereka … tampak PD aja tuh …..
Sementara Anak-anak berseliweran dengan aneka penampilan mereka, di panggung terlihat band-band pengisi acara dengan PD-nya mulai berjingkrak-jingkrak. Para personilnya mengangguk-anggukkan kepala, rembutnya berjuntai-juntai menutupi mukanya yang sudah basah oleh keringat. Suara mereka terdengar meraung-raung. Buat telingaku mereka seperti berteriak-teriak saja, karena tidak jelas syair apa yang sedang mereka nyanyikan. Suara musiknya pun menggelegar-gelegar memekakkan telinga.
Setelah itu muncul seorang penyanyi melankolis yang menyanyi dengan suaranya yang mendayu-dayu. Aku tidak dapat menikmatinya karena warna suaranya terkesan cengeng untuk seorang laki-laki remaja, nadanya pun kadang terdengar sumbang. Penampilannya membingungkanku. Dengan rambut menutupi sebagian matanya, celana jeans ketat, tubuhny terilhat sangat kurus. Namun mereka tetap tampil dengan PD di depan penonton. Kudengar sebagian besar penonton wanita tak henti-hentinya meneriakkan nama sang penyanyi dengan histeris. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala.
Aku ingat Siska, sahabatku. Tadi pagi dia menelponku dan berkata bahwa semalaman dia tidak bisa tidur. Sudah berulang-ulang dia membaca teks pidato kata sambutan yang ditulisnya. Teks itu harus dia baca sebagai ketua Panitia Bakti Sosial ibu-ibu di kantor suaminya pada acara pembukaan minggu depan. Berulang kali juga Siska berdiri di depan kaca, mengatur posisi berdiri, mengatur keras pelannya suara dan gaya membawakan pidatonya, supaya tidak terlihat kaku. Setiap kata didalam teks pidatonya, di ulang-ulang, di hafal, agar tidak salah.
Aku jadi geli mendengar ceritanya. Ini adalah kali pertama Siska harus berpidato di hadapan orang banyak. Terbayang olehku Siska harus membaca pidatonya di hadapan Bapak Mentri Sosial, Bapak Direktur dan Ibu, yang telah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi Ketua Panitya Bakti Sosial besar ini. Belum lagi, tamu-tamu undangan rekan bisnis dan donatur-donatur yang telah menyumbang. Dia bilang ingin rasanya dia berikan tanggung jawab ini kepada teman panitia yang lain. Siska benar-benar tidak PD menghadapi situasi ini.
Ketidak PD-an, biasanya timbul karena belum pernah melakukan, belum biasa atau tidak adanya keyakinan diri dalam menghadapi sesuatu. Padahal PD (Percaya Diri) atau kepercayaan diri dapat dilatih dengan sering melakukan hal-hal yang belum diyakininya.
Namun kepercayaan diri yang berlebihan juga kadang dapat membuat keadaan tidak menjadi baik. Dua hari lalu Tasha mengatakan bahwa dia baru saja mengirim bunga untuk Andrew sebagai tanda cintanya. Padahal sudah berkali-kali aku berusaha menjelaskan bahwa Andrew kini jalan dengan Arumi, selebritas yang sedang naik daun. Namun dengan PD-nya Tasha selalu menepis argumenku dengan mengatakan, ”Tenang aja deh…. cinta Andrew tuh cuma buat gue kok…”.
Aku sudah kehabisan akal. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menyadarkan sahabatku yang satu ini, Tasha seperti tidak mau menerima kenyataan. Padahal Andrew memang sudah hampir sebulan tidak pernah lagi berusaha menghubungi Tasha.
Akhirnya aku cuma bisa menghela napas. Ternyata kita perlu memiliki dosis PD yang pas dan tepat …
Comments are closed.