Last updated on January 20, 2019
Saya sedang bepergian saat menulis artikel ini. Posisi saya saat ini sedang mendekat ke arah kota Kudus, Jawa Tengah.
Kudus dikenal sebagai Kota Kretek. Ekonomi kretek memang mendominasi daerah ini. Musababnya, sejak ratusan tahun silam, pabrik-pabrik kretek tumbuh dan berkembang di sini.
Demi menghormati kota yang akan segera saya lintasi, tak ada buruknya saya ajak Anda membicarakan topik kretek. Mohon bagi teman-teman aktivis antirokok jangan lantas melihat ini sebagai sikap mendukung rokok atau sejenisnya hehehe. Dalam konteks tulisan ini, semata saya akan melihat kretek dari sudut pandang kebahasaan.
Banyak orang tidak paham apa itu ‘kretek’. Kalau ada orang membeli rokok di warung, empunya warung akan bertanya,
“O, rokok yang merek itu, Pak? Yang kretek atau yang filter?”
Pertanyaan semacam itu sangat lazim dan dianggap masuk akal. Banyak orang mengira bahwa ‘kretek’ adalah rokok tanpa filter. Walhasil, ketika pilihan diberikan, (rokok) ‘kretek’ pun diperlawankan dengan (rokok) ‘filter’.
Klasifikasi seperti itu sesungguhnya tidak pas. Kenapa? Mari kita lihat KBBI.
ke.re.tek
n rokok yang tembakaunya dicampuri serbuk cacahan cengkih
Untunglah saya menulis artikel pendek ini. Tanpa membuka KBBI, bahkan saya tidak tahu bahwa bentuk baku yang diakui dalam bahasa Indonesia bukanlah ‘kretek’, melainkan ‘keretek’. Akan tetapi, demi tetap menjaga konteks perbincangan Kudus Kota Kretek, mohon izinkan saya sementara ini tetap memakai kata ‘kretek’.
Kita kembali ke makna kretek. Cermati, titik yang membedakan antara rokok kretek dengan rokok yang lain bukanlah filternya, melainkan campuran cacahan cengkih pada tembakaunya. Jadi, memperlawankan antara kretek dan (rokok) filter memang tidak pas. Meskipun banyak orang mengira bahwa rokok kretek merupakan rokok tanpa filter, toh kenyataannya kita dengan mudah menemukan rokok kretek yang dipasangi filter di pasaran.
Poinnya, kretek adalah rokok berbahan tembakau yang dicampuri cengkeh. Adapun rokok yang tembakaunya tidak dicampuri cengkeh disebut ‘rokok putih’. Baik kretek maupun rokok putih bisa dilengkapi dengan filter.
Terakhir, tentang nama ‘kretek’ itu sendiri. Penyebutan nama kretek sebenarnya berasal dari bunyinya ketika dibakar. Karena ada rajangan cengkeh di dalam lintingan tembakaunya, muncullah bunyi “kretek kretek kretek”. Bunyi pembakaran cengkeh memang tidak sehalus bunyi terbakarnya tembakau. Dari situlah efek audio tersebut muncul.
Oleh karena itulah, nama ‘kretek’ disematkan. Nama itu merupakan nama yang diambil dari tiruan bunyi. Dalam ilmu bahasa, hal itu disebut dengan majas onomatope.
Ada banyak kata yang bersifat onomatope dan biasa kita ucapkan sehari-hari. Sebagai contohnya, ada kata tercebur, mendesis, berkokok, dan menggonggong.
Silakan direnungkan, berasal dari bunyi-bunyi apakah contoh kata-kata tersebut. Tirukan bila perlu.
(IAD)