Press "Enter" to skip to content

Semoga Allah Memberikan Kita Karunia

Last updated on January 20, 2019

Bertahun-tahun silam, ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan penerbitan buku pelajaran sekolah, beberapa orang editor berada di bawah koordinasi saya. Salah satu editor itu lumayan saya sayangi. Anaknya tekun, komunikatif, dan punya semangat belajar yang tinggi. Sayang, satu peristiwa kecil merusak kesan saya terhadapnya.

Ceritanya, dia bertugas sebagai khatib pada ibadah jumatan di kantor kami. Anak itu berdiri, mengucap salam dan segenap rukun khotbah, kemudian memulai paparannya.

Jamaah Jumat yang berbahagia. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita karunia yang tak terhitung….”

Sampai di pembukaan itu saja, saya langsung terkesiap. Seorang editor kesayangan mengucapkan “Allah memberikan kita karunia”! Ini sungguh tak termaafkan!

Hehehe, tenang, wahai jemaat pembaca. Tentu saja saya tidak seberlebihan itu. Namun tetap saja frasa “memberikan kita” itu sangat mengganggu nalar berbahasa.

Mari coba pelan-pelan kita udari maksud kalimat tersebut.

Siapa yang memberi? Jawab: Allah.

Siapa yang diberi? Jawab: kita.

Apa yang diberikan? Jawab: karunia.

Dengan pemahaman situasi seperti itu, konsekuensi logisnya adalah:

Allah memberi kepada kita.

Yang diberikan kepada kita adalah karunia.

Nah, karena yang diberikan adalah karunia, sedangkan yang memberikan adalah Allah, maka posisi Allah adalah subjek, memberikan sebagai predikat. Lalu yang manakah objeknya? “Karunia”, atau “kita”? Tentu saja “karunia”.

Karena itulah, Allah (S) memberikan (P) karunia (O). Kepada siapa? Kepada kita. Frasa “kepada kita” berposisi sebagai keterangan (K).

Jika kita tetap ngotot mengucapkan “Allah memberikan kita karunia”, maka maknanya kacau. Yang diberikan oleh Allah bukan “karunia”, melainkan “kita”. Kita menjadi objek yang diberikan. Diberikan kepada siapa? Tidak jelas, sebab kata “karunia” jadi misterius posisinya sebagai apa.

Nah, daripada terus terjebak dalam kalimat yang misterius, mending kita menggunakan yang jelas-jelas saja. Setidaknya ada tiga kalimat yang cocok secara nalar berbahasa, yakni:

Allah memberikan karunia kepada kita.

Allah memberikan kepada kita karunia.

Allah memberi kita karunia.

Semoga penjelasan ini dapat dipahami bersama. Jika masih saja belum paham, mari berdoa agar Allah memberikan kita, eh, memberi kita kemampuan untuk memahaminya secara lebih baik. Amin.

Content Disclaimer
The content of this article solely reflect the personal opinions of the author or contributor and doesn’t necessarily represent the official position of Bahasa Kita.

error: Content is protected !!